Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Berita Utama

HPN 2021, Tantangan Pers dalam Teknologi Berbasis “Kecerdasan Buatan”

23
×

HPN 2021, Tantangan Pers dalam Teknologi Berbasis “Kecerdasan Buatan”

Sebarkan artikel ini
Anggota Penasihat PWI pusat, Drs. Eduard Depari MA,M.Sc (dok.HPN 2021)
banner 325x300

JAKARTA,RELASIPUBLIK.COM-Anggota Penasihat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Drs. Eduard Depari MA,M.Sc menyebut, hingga tahun 2028 tercatat 9,5 juta tenaga kerja Indonesia akan terdampak langsung oleh teknologi berbasis kecerdasan buatan.2028.

Hal tersebut dipaparkan oleh Anggota Penasihat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Puasat, Eduard Depari mengutip prediksi Oxfoord Economics dan Cisco tahu 2017 dalam gelaran webminar bertema “Industri Kreatif di Masa Pandemi: Mengubah Tantangan Menjadi Peluang,” di Candi Bentar Hall, Ancol, Jakarta Utara, Minggu (7/2/2021).

“Kita ditantang untuk menghasilkan 600 ribu talenta digital setiap tahun. Mampukah pendidikan kita menjawab tantangan tersebut,” kata Eduard Depari pada acara webminar dalam rangka peringatan Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2021 yang akan diselenggarakan Selasa (9/2/2021) nanti.

Webinar yang dimoderatori oleh Sekjen PWI Pusat, Mirza Zulhadi ini menghadirkan para pembicara di antaranya entreprenuer mentor Didieet Maulana, Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Hikmat Kurnia, dan Program Director Katapel.id Robby Wahyudi yang hadir secara virtual.

Dalam paparannya, Eduard menjelaskan, masalah pokok kesenjangan talenta digital bangsa ini adalah pendidikan. Maka, sebagai lembaga pendidikan informal, menurut dia, pers memiliki tanggung jawab untuk ikut mengambil bagian dalam proses pendidikan melalui pesan-pesan yang disampaikan secara terbuka pada publik. Meski demikia ditegaskan bahwa peran pers (juga) harus dilihat proporsional.

Suasana dalam acara webminar bertema “Industri Kreatif di Masa Pandemi: Mengubah Tantangan Menjadi Peluang,” di Candi Bentar Hall, Ancol, Jakarta Utara, Minggu (7/2/2021), Sumber foto: Dokumentasi Panitia HPN 2021

“Pers tuh overshow, dianggap penyebab perubahan. Terlalu berlebihan. Pers juga punya masalah. Kita lihat dampak perubahan tadi, sirkulasi surat kabar menyusut, media cetak tenggelam, penonton televisi berkurang,” tegasnya.

Lanjut Eduard, di era pandemi seperti sekarang, masyarakat punya banyak waktu memperluas dan mengonsumsi informasi.

“Pertanyaannya adalah melalui akses mana dan apa yang mereak konsumsi. Kalau mereka melihat creative industry, apakah ikut paham atau skip? Ini pertanyaan besar yang harus dijawab supaya kita tidak melihat berlebihan peran pers dalam industri kreative,” urai wartawan senior Indonesia ini.

Sementara itu,pendiri dan pemilik perusahaan Kelompok Agromedia, sebuah kelompok usaha penerbit buku terbesar di Indonesia, Hikmat Kurnia sepakat bahwa Indonesia harus menghasilkan manusia kreatif. Menurutnya, disitulah kekuatannya.

Menurutnya, pada era pandemi ini, ada kondisi kekacauan luar biasa yang menimbulkan ketidakpastian berusaha.

“Situasi pandemi mungkin berjalan sangat lama, kapan berakhir. Kita harus berpikir bagaimana menyiasati pandemi ini,” kata pria yang juga Ketua IKAPI (Ikatan Alumni Unpad) DKI Jakarta periode 2016-2021 ini. ** (Domi Lewuk).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *