JAKARTA, RELASI PUBBLIK – Usai penetapan ketua umum baru pada sidang paripurna yang digelar pada Jumat (17/11/2023) lalu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas). Mukernas ini merupakan kali ketiga dalam periode kepengurusan 2020 -2025.
Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin selaku Ketua Dewan Pertimbangan MUI hadir dan membuka rangkaian acara Mukernas. Kepada 300 lebih pengurus MUI yang hadir, Wapres menekankan tentang khidmat MUI dalam menguatkan persatuan umat.
“MUI tetap tegas, kalau yang sudah menyimpang itu tidak bisa ditolerir, istilahnya itu inhiraf. Jadi, al-ikhtilaf (perbedaan) ditoleransi, al-inhiraf (penyimpangan) diamputasi,” tegas Wapres pada pembukaan Mukernas III MUI, di Hotel Mercure Ancol, Jakarta, pada Jumat (01/12/2023).
Lebih lanjut wapres mengatakan, meskipun saat ini perpecahan karena khilafiyah itu sudah memudar, MUI selaku pemersatu umat tetap harus menindak tegas apabila ditemukan tanda-tanda keberadaan perpecahan umat akibat penyimpangan.
“Orang tidak lagi kaku dengan masalah-masalah khilafiyah. tetapi, kalau ada penyimpangan, itu tidak dibiarkan,” imbuhnya.
Masih terkait khidmat menjaga persatuan, Wapres juga kembali mengingatkan agar dalam menghadapi kontestasi politik Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, MUI bertindak netral dan meredam perpecahan.
“Disinilah peran MUI menjaga supaya bangsa ini tidak terbelah. Saya ingatkan, MUI sebagai lembaga harus netral, tetapi secara prbadi, itu urusan kalian,” urai Wapres.
“Kalau tidak, kita khawatir terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. MUI itu penjaga,” ujar Wapres mengingatkan.
Di kesempatan yang sama Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Anwar Iskandar mengungkapkan keprihatinannya pada tragedi kemanusiaan yang terjadi di Palestina. Ia menegaskan bahwa apa yang dilakukan Israel pada rakyat Palestina adalah pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang nyata.
Israel menurutnya telah menunjukkan ambisi kekuasaan melalui penguasaan daerah-daerah di Palestina dengan mengorbankan kemanusiaan. Puluhan ribu nyawa telah hilang hanya untuk sebuah kekuasaan.
“Barang siapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia,” katanya mengutip Surat Al Maidah 32.
Atas tragedi ini, ia mengajak kepada masyarakat dan pemerintah Indonesia untuk sekuat tenaga membantu Palestina baik dari sisi moril maupun materiil. Ia pun mengutip hadits Nabi yang mengajak setiap individu untuk melawan kemungkaran sesuai dengan kekuatan yang dimilikinya.
Turut hadir dalam acara ini Ketua Umum PP Perwati Asdirwati Ali. Menurutnya, pertemuan ini merupakan forum organisasi tertinggi setelah Musyawarah Nasional (Munas) dan penting bagi MUI dalam melahirkan pemikiran untuk kebaikan bangsa.
“Mukernas ini sangat strategis karena forum bertukar pikiran antara MUI pusat, MUI Provinsi dan pimpinan ormas tingkat pusat, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesepahaman, komitmen, dan kerja sama dalam berkhidmat mewujudkan kemaslahatan umat, kesejahteraan bangsa dan kedaulatan negara,” harapnya.
Menurut Asdirwati, Sebagai surau dan tenda besar umat Islam Indonesia, MUI juga harus memposisikan dirinya dengan baik sebagai model ideal Islam wasathiyah, wadah solidaritas dan solidaritas para ulama serta jembatan seluruh elemen dan komponen umat Islam Indonesia dalam meneguhkan khidmat umat dan bangsa dalam berketuhanan yang maha esa.
“Kami berharap keberadaan dan peran MUI tersebut akan semakin memberikan maslahat bagi umat dan bangsa; menjadi pelita saat gelap, menjadi penyejuk saat udara panas, menjadi api penghangat saat cuaca dingin; menjadi pemersatu di tengah perbedaan; istiqamah membimbing umat dan berdakwah bil hikmah serta menegakkan amar makruf dan nahi mungkar”, imbuhnya.
Asdirwati menegaskan bahwa tantangan perempuan ke depan juga semakin berat, dengan berbagai isu yang kerap dialami oleh kaum perempuan seperti kekerasan, bahaya narkoba, kesenjangan sosial, ekonomi, dan pendidikan. Perwati akan terus berkomitmen untuk membantu menanggulangi dan mencari solusi serta dukungan untuk permasalahan-permasalahan tersebut. Tujuannya adalah untuk membentuk perempuan-perempuan yang berpengetahuan dan bermartabat.
Di kesempatan yang sama, Ahman Nurdin selaku pengurus PP Perti menyampaikan bahwa masalah keumatan belakangan ini terus berkembang dan sangat kompleks. Sehingga memerlukan solusi-solusi keagamaan yang progresif dan berwawasan masa depan.
“Disinilah ulama dan cendekiawan dituntut hadir memberikan solusi agar keberagaman umat tidak mengalami stagnansi yang dapat mengancam masa depan umat”, ucapnya.