Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Berita UtamaJakartaOpiniTerbaru

POLITIK DAN QADARULLAH

41
×

POLITIK DAN QADARULLAH

Sebarkan artikel ini
Foto Ahman Nurdin ( AN)
banner 325x300

Oleh : Ahman Nurdin

Manusia boleh merencana apapun. Tapi, akhirnya Allah itulah yang menentukan. Apakah rencana akan berjalan sesuai kehendak manusia itu, atau sebaliknya. Rencana dan terealisasi atau tidaknya itu juga terjadi di panggung politik.

Kini, dalam perhelatan pilkada serentak banyak terjadi kesesuaian antara rencana dan keinginan. Juga, banyak terjadi sebaliknya. Yang direncanakan tak sesuai dengan yang diinginkan. Dan hal ini tentu menimbulkan gejolak tersendiri di hati sanubari.

Premis tersebut kita saksikan pada perhelatan pilkada Jakarta. Kita tahu, Anies Baswedan sangat dikehendaki atau diinginkan banyak elemen. PKS pun sejatinya menghendaki sosok Anies maju ke pilkada Jakarta. Keputusan politik pun telah diambil: siap mengusung Anies – Shohibul Iman (AMAN).

Namun, perkembangan politik berubah. Tak sesuai dengan yang diinginkan bahkan yang telah direncanakan kedua pihak, baik sebagai AMAN ataupun sebagai DPP PKS. Sebuah keputusan politik (pengusungan AMAN) saat itu masih berketentuan 20% sebagai prasyarat bisa maju ke pilkada. Dan hal ini menjadi kendala administratif pendaftaran.

Tak berhasil menghadirkan partai lain, akhirnya diambil “ijtihad” politik. Yaitu, merapat ke Koalisi Indonesia Maju (KIM) dan menawarkan Suswono sebagai calon wakil gubernur. Terbangunlah peta politik baru.

Yang menarik untuk dicatat lebih jauh, pasca deklarasi Ridwan Kamil – Suswono (RK-Sus), terbit sebuah putusan MK no. 60/PUU-XXII/2024, yang tidak lagi menentukan ambang batas 20%, tapi jauh lebih rendah: 7,5% bagi wilayah yang berpenduduk 6 – 12 juta orang.

Sekali lagi keputusan politik sudah diambil. Meski ada peluang untuk merekonstruksi komposisi calon gubernur dan calon wakil gubernur, tapi terdapat etika politik yang telah dibangun dari hasil musyawarah terbaru. Hasil musyawarah ini pun perlu dihormati. Karenanya, paket RK-Sus tetap berjalan, sampai akhirnya didaftarkan secara resmi. Paket AMAN batal diusung.

Serangkaian proses politik itu memperjelas gambaran bahwa qadarullah, Anies tak jadi diusung PKS. Di sisi lain, karena dinamika politik yang demikian cepat di partai lain (PDIP) pun membatalkan rencananya yang mau mengusung Anies di Provinsi Jawa Barat. Sekali lagi, semua itu qadarullah. Dan itul;ah takdir Allah yang menegaskan, Anies tak maju dalam pilkada Jakarta dan atau Jawa Barat pada 2024 ini.

Takdir atau ketentual Allah sudah seperti itu. Lalu, haruskah kita melawan atas ketentuan Allah itu? Sebagai manusia biasa, bisa dipahami Ketika hati tetap bergejolak, tak terima dengan hasil akhir dinamika politik itu. Masalah, penolakan umat manusia terhadap takdir-Nya tidak mengubah keadaan pada proses politik kontestasi pada pilkada Jakarta 2024 ini.

Maka, sikap yang bijak dan taatnya kepada takdir-Nya adalah menerima sekaligus menjalani ketentuan-Nya. Kita harus yakin, ada rahasia Allah yang tak diketahui umat manusia. Sebagai insan beriman, kita haruslah berbaik sangka kepada Allah yang telah menakdirkan Anies tidak maju dalam pilkada Jakarta dan atau Jabar itu.

Kita layak berdoa, Anies direncanakan Allah untuk posisi yang jauh lebih terhormat. Dengan sikap dan cara pandang seperti itu, maka ikatan persaudaraan umat bersama PKS ataupun lainnya tetap terjaga dengan baik. Kita harus yakin, sebagai orang soleh, insya Allah, Anies dijaga martabatnya dari hal-hal yang tak diinginkan.

Sebuah hikmah yang dapat diambil dari umat dan wabil khusus PKS adalah panggilan membangun kesadaran bersama. Kesatuan umat bersama PKS sedang diperhadapkan cobaan insoliditas. Tapi, cobaan ini harus dihadapi dengan kesadaran dan kesabaran. Yaitu, PKS harus tetap memuliakan umat, yang selama ini telah ikut membesarkan keberadaan PKS.

Cara memuliakannya simple: tunjukkan konsistensi hidmatnya kepada umat. Tak boleh berkurang, meski kini PKS sedang dihujat umat. Ittiba` dak`wah Rasul, beliau dihujat dan atau dicasi tetap sayang kepada umatnya. Sikap kerasnya terhadap Rasulullah, karena ketidaktahuannya.

Senada tapi tak sama, reaksi umat karena belum memahami secara keseluruhan mengapa bergeser haluan politiknya ke KIM. Hal ini terkait dengan strategi. Semoga, strategi besar ini bagian dari ikhtiar tetap melindungi umat. Pada saatnya, insya Allah, PKS dan umat akan tetap seiring dan sejalan.

Bagaimanapun, PKS menyadari, di pundaknya ada tanggung jawab moral untuk tetap melindungi dan senantiasa bersama umat. Domainnya dunia-akherat. Inilah komitmen kuat PKS, yang – insya Allah – tetap dijaga dengan penuh integritas.

Jakarta, 3 September 2024
Penulis: anggota Dewan Pakar DPP PKS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *