JAKARTA,RELASIPUBLIK.COM-Bagi advokat senior, Hermawi Taslim, pria yang memiliki segudang pengalaman berorganosasi sekaligus pegiat bidang hukim, sosok Prof. Supandi adalah seorang penegak hukum yang berintegritas dan jadi panutan dibidangnya. Paling tidak kesan itulah yang dirasakan oleh Ketua Umum Forum Komunikasi Alumni PMKRI itu. Seperti apakah sosok Prof. Supandi di mata Hermawi Taslim?
Di suatu pagi tahun 1958, Ngadimun memacu sepeda ontelnya menembus kabut subuh yang menusuk tulang, mengantar salah seorang anaknya untuk mendaftar di Sekolah Rakyat (SR) di desa Saentis, kawasan perkebunan,di daerah Tembung, Deli Serdang – Sumut. Demikian tukilan Taslim mengawali ceriteranya tentang sang guru besarnya.
Ngadimun tidak sadar kalau dibelakangnya putranya yang lain boca Supandi tanpa alas kaki mengikutinya sambil berlari-lari kecil. Setibanya di gedung SR-2, Ngadimun membimbing sang anak untuk mendaftar, dan pada saat yang hampir bersamaan. Sang Boca Supandi juga tiba dan berbelok di gedung sebelah SR-1. Di desa Saintis saat itu memang ada dua SR yang lokasinya bersebelahan.
Selanjutnya Boca Supandi menembus kerumunan orang tua yang pagi itu ingin mendaftarkan anak mereka. Untuk masuk SR harus berusia 7 tahun ditandai dengan ukuran tangan yg dilingkarkan hingga menyentuh telinga, “tangan Boca Supandi tidak mencapai telinga, usianya kurang, masih 6 tahun.
Namun, Paiman sang kepala sekolah tersebut melihat sesuatu yang lain dalam diri sang bocah itu. Ia lalu disuruh menghitung 1 sampai 10, eh ternyata bocah Supandi malah dengan lancar menghitung 1 sampai 25. Singkat kata, pagi ini mulailah episode awal dalam kehidupan bocah Supandi, menjadi murid termuda di seantero SR desa Saentis.
Romantika kehidupan selanjutnya, menghantar bocah Supandi menjadi salah seorang benteng keadilan di Republik ini. Ia menjadi hakim agung dan menjadi guru besar ilmu hukum hingga mencapai puncak sebagai ketua kamar Tata Usaha Negara Mahkamah Agung sejak 18 April 2016 hingga saat ini.
Di Mata advokat senior Hermawi Taslim, Supandi adalah sosok yang nyaris sempurna, teladan sekaligus kebanggaan almamater mereka di Fakultas Hukum-USU.
Tak pelak lagi, Prof.Pandi menjadi patron bagi kita-kita yang menekuni profesi penegak hukum ujar Taslim, usai mengikuti sebuah diskusi kecil buku biografi Supandi “Bocah kebun dari Deli” yang ditulis oleh wartawan kawakan Irawan Santoso.
Prof. Supandi di mata Taslim adalah sosok hakim yang berintegritas tinggi sebagaimana tercermin dlm biografinya yg tidak pernah malu melakoni berbagai kerja sampingan yang halal demi mengapai kesejahteraan keluarganya. **
Editor : domi dese lewuk