JAKARTA,RELASIPUBLIK.COM-Ketua Yayasan Komunitas Kritis Indonesia (YKKI) Oscar Dany Susanto berbagi makna akan Hari Raya Idulfitri 1442 Hijriah, yang dirayakan oleh seluruh umat Islam pada Kamis (13/5/2021) hari ini. Iapun membagikan pengalaman tentang makna berpuasa dan lebaran sebagaimana telah dijalaninya selama 50 kali sejak awal hingga tibanya hari kemenangan 1442 Hijriah kali ini. Seperti apakah makna lebaran Idulfitri 1442 H bagi Oscar Dany Susanto? Berikut adalah pengalaman iman Pak Oscar yang diterima redaksi dalam youtube yang dikirimnya di hari Lebarn I Idulfitri 1442 H.
“Saya merayakan Lebaran ini sudah yang ke 50 X. Awalnya hanya sekedar ikut-ikutan ketika masih berada di Kampung halaman. Jadi, kalau orang puasa yang kita ikut puasa. Gak makan,gak minum, gak marah-marah, gak ngomongin orang dan lainnya,” kisah Oscar yang juga Wakil Presiden DPP Partai Indonesia Terang (PINTER),partai politik nasional besutan tokoh perempuan asal Aceh, Dr.(Cn) Hj.Rizayati,SH.MM,itu.
Lanjutnya, bahwa makna dari puasa itu bukan persoalan makan dan minum. Puasa itu adalah sebuah perjuangan melawan hawa nafsu. Pada saatnya di hari Fitri itulah kita merayakan hari kemenangan karena kita berhasil menjalankan puasa dengan baik dan benar sebagaimana disyaratkan.
“Nah, bagi mereka yang sudah dewasa atau berumur, (bukan) anak-anak, harusnya sangat memahaminya. Jadi, semakin banyak orang yang berpuasa maka makin banyak yang beradap. Makin banyak juga yang sabar, tidak suka ghibah, tidak iri dengki, maka otomatis dunia akan damai,” imbuh Oscar.
Masih kata Oscar, ketika kita melihat dunia tidak semakin damai, berarti masih banyak persoalan. Karena ada yang puasa karena ritual,asal-asalan, ikut-ikutan tak tau makanya. Tapi bagi orang-orang yang betul-betul memahami arti bulan ramadan, dan hari raya Idulfitri, maka sudah sepantasnya orang tersebut berubah menjadi baik. Ia tidak sombong dan suka menolong.Itulah perjuangan bagi mereka yang menjalani puasa Idulfitri.
“Jika belum dapat memahami, maka ia tidak berjuang,karena memang dia tidak menang. Sedangkan bagi mereka yang merasa dirinya masih suka ghibah,irih, dengki,masih suka nipu sana-nipu sini, tega terhadap saudara, itu berarti dirinya tidak berjuang. Ia hanya menganggap Puasa Ramadan dan Lebaran Idulfitri sebagai ritual, uforia, tapi giliran orang merayakan hari kemenangan, dia hanya ikut-ikutan saja merayakan Idulfitri itu,’ imbuhnya.
“Kalau saat idulfitri sudah bermaaf-maafan ya tidak lagi akan mengulangi kesalahannya.
Karena itu, sebagai Ketua Komunitas Kritis Indonesia, saya hanya ingin menyampaikan ,karena seharusnya semakin sering orang menjalanai bulan ramadan dan hari raya idulfitri, maka akan semakin banyak orang yang baik dan beradap,” tutupnya mengajak. ** (DL).