Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Berita Utama

Ini Penjelasan Kominfo, Terkait Hak Labuh Starlink ke Telkomsat

75
×

Ini Penjelasan Kominfo, Terkait Hak Labuh Starlink ke Telkomsat

Sebarkan artikel ini
Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam konferensi pers,Senin (13/6/2022). Istimewa
banner 325x300

JAKARTA,RELASIPUBLIK.COM-Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Dedy Permadi mengatakan,pihaknya (Kominfo) telah memberikan Hak Labuh Satelit Khusus Non Geostationer (NGSO) Starlink kepada PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat).

Adapun, hak Labuh Satelit tersebut hanya berlaku untuk layanan backhaul dalam penyelenggaraan jaringan tetap tertutup PT. TELKOM SATELIT INDONESIA, bukan untuk layanan retail pelanggan akses internet secara langsung oleh SPACE EXPLORATION TECHNOLOGIES CORP (STARLINK).

Dedy Permadi menjelaskan, Backhaul adalah teknologi yang memfasilitasi perpindahan data dari satu infrastruktur telekomunikasi ke telekomunikasi lainnya.

“Teknologi ini dapat digunakan untuk mendukung penyediaan layanan broadband internet terutama selular 4G, terutama di daerah rural yang belum tersambung secara langsung dengan kabel serat optik,” ujarnya di Jakarta, Senin (13/6/2022).

Diterangkan, bahwa layanan satelit Starlink hanya dapat beroperasi jika pembangunan Gateway Station – Teresterial Component untuk menerima layanan kapasitas Satelit Starlink serta pengurusan Izin Stasiun Radio (ISR) Satelit Starlink telah dirampungkan oleh Telkomsat.

“Sebagai pemegang eksklusif atas Hak Labuh Satelit Starlink maka Telkomsat berhak mendapatkan layanan backhaul satelit,” katanya.

Lanjut Dedy, operasional pemanfaatan layanan Starlink oleh Telkomsat wajib tunduk pada regulasi yang berlaku, termasuk pemenuhan kewajiban hak labuh.

“Izin hak labuh akan dievaluasi setiap tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan hasil evaluasi dan sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku.” jelas jubir Kominfo itu.

Untuk diketahui, hubungan perdagangan bilateral di sektor telekomunikasi dan digital antara Indonesia dan Amerika Serikat berkembang pesat.

Berikut adalah tiga program kerjasama antara kedua negara termasuk rencana Indonesia untuk memiliki 3 satelit generasi sebagai berikut :

a). 150 Gb Very High Throughput Satellite (VHTS) diberi nama SATRIA (Ka- Band)
b). 80 Gb Very High Throuhput Satellite (VHTS) sebagai Hot Backup Satellite (Ka-band)
c). 32 Gb High Throughput Satellite (HTS) yg di miliki Telkomsat (C & Ku- band).

“Jadi, ketiga satelit ini di rencanakan akan menggunakan roket peluncur SpaceX – Falcon 9 dan merupakan jenis satelit yg mengorbit di Geo stationer Orbit,” tutup Dedy Permadi.* DL. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *