JAKARTA, RELASIPUBLIK.COM – Ketua Umum FORWIT, Freni Lutruntuhluy mengungkapkan hal itu menjawab tantangan bangsa Indonesia yang akhir-akhir ini yang bermunculan elem yang mengatasnamakan rakyat namun sebetulnya sangat menggangu jalannya roda pemerintahan.
“Komponen adat dan budaya kita baiknya dijadikan subsistem dalam struktur pemerintahan, entah dengan cara bagaimana silahkan asalkan mereka diberi peran ikut mengawal jalannya roda pemerintahan”, jelas Freni Lutrun menjawab awak media di Jakarta pada Jumat (18/12/2020).
Ia mengatakan, sejauh ini pemerintah hanya menempatkan elemen itu hanya dalam urusan politik dan atau kepentingan momen tertentu saja tetapi setelah itu komponen itu dilepas begitu sambil menunggu momentum lain yang diperlukan.

Ia mencontohkan seperti di Papua ada dewan adat Papua dengan wilayahnya masing-masing, ada Majelis rakyat Papua dengan tugasnya.
“Ya itu di Papua karena mereka punya otonomi yang berbeda karena diperlukan khusus, tetapi barangkali daerah kita yang lain bisa mengambil contoh seperti itu dalam komposisi pemerintahan yang memiliki kemiripan. Kalau kita belajar dari Papua, maka kita tentu tau bagaimana kuatnya tatanan kultur dan budaya Nusantara yang mereka pertahankan”, jelasnya.
Diungkapkan, bangsa Indonesia dibangun dengan fondasi pemerintahan yang berasaskan Pancasila dalam bingkai perbedaan antara suku agama ras dan golongan. Oleh sebab itu dalam praktek pemerintahan juga mencerminkan hal itu agar bangsa ini lebih kuat dalam menghadapi tantangan global.
“Setiap daerah memiliki simbolnya dan sebetulnya dari simbol daerah itu kita mampu mengejawantahkan dalam mekanisme atau sistem yang ada dalam organisasi pemerintahan. Simbol itu sendiri merepresentasikan adanya akulturasi budaya kita”

Ia menambahkan dengan adanya pemilihan kepala daerah yang baru ini, semoga apa yang menjadi cita-cita presiden Jokowi untuk memperbaiki pemerintahan yang baik dan bersih bisa terwujud dengan mengikutsertakan komponen adat dan budaya Nusantara dalam praktek pemerintahan.
Salah satu potret wisata pantai di Kepulauan Kei, juga dikenal dengan Nuhu Evav atau Tanat Evav oleh warga setempat, merupakan gugusan pulau di Maluku Tenggara. Badan Promosi Pariwisata Maluku Tenggara Andi Abdul Rahman Aziz mengatakan, kepulauan ini memiliki sejumlah daya tarik wisata.
“Kepulauan Kei punya 112 pulau dengan 76 destinasi wisata. Terkenal dengan pantainya yang berpasir halus dan budaya-budaya yang ada di sana.” **
Discussion about this post